menjadi kendala bagi kita dalam menguraikan sejarah kesehatan Rasulullah observed. Tapi kami tetap tidak menyangkalnya sebagai penghargaan kepada penulisnya dan bukan berarti kami mendukungnya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam uraian para ulama ada yang sesuai dengan logika Sirah ada pula yang tidak. Untuk yang terakhir ini kami serahkan kepada para pembaca bagaimana menyikapinya. Al-Qadli 'Iyadl menulis: "Berkata Mujahid: Jika Rasulullah saw sedang sembahyang beliau dapat melihat siapa yang ada di belakangnya seperti halnya melihat yang ada di sampingnya. Dari sini ia menafsirkan firman Allah "dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud39" Dalam kitab al-muwattha' diriwayatkan Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya aku dapat melihat kamu yang ada di belakang". Dalam versi lain: "Sesungguhnya aku dapat melihat yang ada di belakangku seperti halnya aku melihat yang di sampingku". Versi lain lagi: "Aku dapat melihat melalui bahuku seperti halnya aku melihat yang di sampingku". Diriwayatkan oleh Baqiy ibn Mukhlad bahwa Aisyah mengatakan: "Rasulullah dapat melihat pada (suasana) gelap seperti halnya melihat pada (suasana) terang". Al-Syekh Muhammad AlBajjawi yang mempublikasikan al-syifa (edisi Kairo, 1977, vol. 1/92, fn. 10) berusaha mengajukan penafsiran rasional.".. maksudnya ialah bahwa Kami (Tuhan) memperlihatkan kedalam hatimu (Muhammad) bagaimana pandangan matamu menjangkau orang-orang yang berada di belakangmu sehingga mengetahui apa yang mereka lakukan. Uraian hadis ini ingin membuktikan ketajaman indera Rasulullah. Penafsiran ini sesuai dengan asumsi bahwa Rasulullah betul-betul melihat orang yang ada di belakangnya". Tapi Al-Qadli 'Iyadl menyatakan keberatan.
Tiba pada pagi hari ketiga yaitu pada hari Rabu fourteen Rabiul Awal 11H/ ten Juni 632M sedangkan suasana bertambah panik. Al-Abbas merasa tak sabar lagi sehingga sekonyong-konyong mengajak Ali ibn Abi Thalib "mari aku umumkan bahwa aku telah membai'atmu (sebagai pengganti Rasulullah) di hadapan orang banyak dan niscaya tiada yang akan keberatan" yang ditolak oleh Ali dan dijawabnya:"adakah orang yang berani mengambil alih hak kita dalam hal ini? Berkata Al-Abbas: engkau akan menyaksikan hal itu akan terjadi. Maka tatkala Abu Bakr dibai'at, Al-Abbas mengingatkannya:"bukankah aku telah mengatakan kepadamu wahai Ali?". Kiranya para pembaca yang budiman mendapat kesan bahwa penulis menguraikan peristiwa secara teratur dan runtun mengalir. Demikianlah upaya penulis di sini dalam rangka memperoleh ketepatan best mengenai kejadian yang agung ini. Itu pulalah batas-batas wewenang dan tanggung jawab penulis sebagai sejarawan karena melakukan intervensi ke dalam riwayat seperti yang dilakukan penulis lainnya akan mempengaruhi pembaca dan menjadi penghalang baginya untuk menilai peristiwa secara objektif. Tapi penulis ingin menekankan di sini bahwa terlepas dari apakah Al-Abbas benar-benar mengatakan seperti yang diriwayatkan atau tidak? adalah mutlak bagi Ali ibn Abi Thalib untuk maju mengambil prakarsa dan menyelesaikan masalah sebelum Abu Bakr. Penulis tidak mengatakan bahwa Ali lebih unggul karena yang terbaik adalah yang telah ditentukan oleh Allah. Sikap Ali sebenarnya menggambarkan pemikiran, keimanan, sifat-sifat dan usianya. Ia adalah agamawan yang sangat komitmen terhadap keimanannya. Politik tidak begitu menemukan jejak dalam dirinya karena jikalau politik menguasai diri seseorang akan merusak agama, keimanan dan kebenaran. Disinilah tragedi Ali dan keunggulannya pada buku sirah nabi untuk kanak-kanak saat yang sama.
Setiap kegiatan dalam satu kategori selalu berakhir dengan hasil yang semakin menampakkan gejala ekspansif. Bukti-bukti mengenai asumsi ini akan segera kita simak. Delapan kegiatan militer yang mendahului pecahnya perang Badr adalah contoh paling dekat, karena semuanya merupakan pendahuluan perang Badr, sedangkan perang Badr sendiri dicanangkan oleh Rasulullah sebagai tahap akhir dari tahap-tahap ekspansi kekuatan Madinah dan pengamanan perbatasannya. Yang menjadi pertimbangan kesimpulan ini adalah jika kita memantau keseluruhan al-maghazy akan terlihat bahwa ia merupakan satu kesatuan perencanaan matang untuk menaklukkan Mekkah pada tahun eight H. Dan takluknya Mekkah berarti seluruh wilayah Hijaz dan Tihama sudah pasti masuk Islam. Kesimpulan ini tidak betentangan dengan keterlambatan Thaif dan Tsaqief memeluk Islam karena keterlambatan tersebut mempunyai kondisi tertentu yang dapat difahami dengan menggunakan logika sejarah. Di satu sisi Tsaqief adalah salah satu suku besar yang menggantungkan diri pada Mekkah dan di sisi lain juga mengandalkan Huwazin. Ketika Mekkah sudah takluk Tsaqief masih mempunyai foundation kekuatan di Huwazin, sehingga yang terakhir ini perlu waktu untuk menaklukkannya agar Tsaqief terisolasi dari masyarakat Arab seluruhnya sehingga tiada lain baginya kecuali masuk Islam. Dan sesungguhnya siapapun yang mengetahui kondisi geografis semenanjung Arab, kemudian memeriksa karakteristik bangsa Arab yang tidak pernah mengenal nilai persatuan, akan terheranheran bagaimana bisa Rasulullah berhasil menyelesaikan misinya secara spektakuler hanya dalam jangka delapan tahun. Sekiranya Rasulullah berhasil memasukkan Hijaz dan Tihama kedalam Islam pada tahun 8 H. maka keberhasilan itu saja sudah cukup hebat. seventy one
lanjut mengisahkan bahwa Rasulullah bersabda (kepadanya): "wahai Abu Muwaihibah aku telah dipersilahkan untuk menentukan satu di antara dua pilihan; apakah kekayaan dan keabadian dunia berikut surga, atau menemui Tuhanku berikut surga; Abu Muwaihibah menyela: demi ayah-bundaku, demi baginda, pilihlah kekayaan dan keabadian dunia berikut surga, beliau bersabda: "Demi Allah tidak, wahai Abu Muwaihibah aku telah memilih untuk menemui Tuhanku berikut surga. Lalu Rasulullah memohonkan ampun kepada para ahli kubur baqie' dan beranjak pergi sedang beliau menahan rasa sakit". Imam Bukhari mengutip riwayat Abu Bakar ibn 'Iyasy dari Abu Hureirah bahwa Rasulullah selalu i'tikaf selama 10 hari setiap bulan. Pada tahun wafatnya beliau i'tikaf selama 20 hari setiap bulan. Al-Qur’an dibacakan kepada beliau sekali dalam setiap bulan puasa. Pada tahun wafatnya Al-Qur’an dibacakan kepada beliau dua kali dalam bulan puasa. Selanjutnya, para perawi menyepakati hadis riwayat Aisyah, yang berdasarkan isnadnya diriwayatkan oleh Al-Zuhri kepada Ibn Ishaq yang mengisahkan bahwa pada pagi hari itu, sekembalinya dari tempat Maemunah binti al-Haritsah Rasulullah mengeluhkan sakit kepala. Sejak di tempat Maemunah beliau bangkit dari tempat tidur dan kelihatan membungkuk menahan sakit, bahkan pada saat beliau sedang berjalan menuju tempat Aisyah. Maemunah adalah isteri terakhir Rasulullah yang dinikahi pada saat 'Umroh seusai perang al-Hudeibiyyah. Oleh karena itu kita tidak dapat memastikan apakah tempatnya termasuk dalam deretan kamar isteri-isteri sebelumnya seperti Aisyah, Umm Salamah dan Hafshah atau di tempat lain terdekat. Tapi yang jelas berdekatan dengan kediaman saudarinya Asma binti 'Umeis, janda mendiang Ja'much ibn Abu Thalib yang tewas mati syahid dalam perang mu'tah. Rasulullah, dari tempat Maemunah merasa masih mampu berjalan menuju kamar Aisyah sebagaimana yang sudah lazim dilakukannya selama ini, bahwa setiap pagi beliau harus berada di sekitar keluarga Abu Bakar (Aisyah) di mana beliau dapat bertemu dengan sahabat-sahabatnya.
Tapi atas pemeliharaan Allah kepada Khadijah dan kelapangan dadanya serta kecerdasannya, sehingga ia memilih Waraqah atas dasar keyakinan sepenuhnya bahwa ia bukanlah Nasrani, bukan pula Yahudi melainkan pencari agama Ibrahim yang murni dan sejati. Adalah benar bahwa ia membaca Kitab-Kitab suci yang ditemukannya, baik Injil maupun Taurat dan dapat berbahasa Ibrani, namun tidak pernah memeluk Nasrani. Kala itu ia sudah demikian sepuh dengan penglihatan yang melemah, sehingga tidak mungkin ia memiliki sifat-sifat dengki dan hasad, justeru baik budi dan jauh dari perangai jahiliyah. Ia pula yang mendukung hasrat dan keinginan Khadijah untuk nikah dengan Muhammad. Disebutkan dalam buku-buku Sirah bahwa sewaktu Abdul Mutthalib kehilangan Muhammad pada waktu masih kanak-kanak dan sangat cemas dengan kejadian itu, ia pulalah yang menemukannya dan mengembalikannya kepada Abdul Mutthalib. Atas alasan dan pertimbangan seperti inilah Khadijah memilihnya. Pilihan yang tepat adanya. Selanjutnya pada paragraf keenam dalam uraian Hisyam ibn 'Urwah dikatakan “Khadijah mengantar Muhammad menghadap sepupunya, Waraqah ibn Noufal yang sudah sepuh dan daya penglihatannyapun sudah melemah. Waraqah adalah pengikut agama Nasrani dan banyak menulis kitab Injil dalam bahasa Ibrani. Khadijah meminta kepadanya untuk mendengarkan berita peristiwa yang terjadi pada diri Rasulullah. Setelah mendengarkan kejadiannya iapun berkata: “sesungguhnya ini adalah namus yang telah diturunkan kepada Nabi Musa, sekiranya aku masih muda.. sekiranya aku masih hidup sewaktu kaummu mengusirmu. Rasulullah bertanya: “Apakah mereka akan mengusirku?” Ia menjawab: betul, karena tiada yang mengemban tugas seperti yang dibebankan kepadamu kecuali akan diperangi.
ازواجه أمهات المؤمنين وأولاده صلى الله عليه وسلم خامسا :
Dalam sumber-sumber hadis dan Sirah ditemukan ungkapan yang diutarakan oleh Anas ibn Malik, pelayan Rasulullah dan perawi banyak ucapan-ucapan Rasulullah mengatakan:"Ketika Rasulullah mulai diutus segala sesuatu di penjuru dunia terlihat terang benderang. Tatkala beliau pergi gelap gulita menyelimuti segala sesuatu. Begitu kita selesai meratakan tanah makamnya kita segera mengingkari kata nurani kita" (Ibn Sa'd, vol. two/59). Suatu ungkapan yang amat dan amat dalam maknanya! *** Abu Bakr, Umar dan Abu 'Ubaidah Al-Jarrah tiba di Tsaqifah mendapatkan Abu Tsabit Sa'd ibn 'Ubadah sedang menyampaikan pidatonya dari tempat duduknya dan melalui suara orang kedua. Kutipan Al-Thabari cukup baik menggambarkan jalannya pertemuan seakan laporan notulen yang rinci. Kepergian Abu Bakr, Umar dan Abu 'Ubaidah Al-Jarrah ke Tsaqifah agak lebih cepat agar bisa tiba di tempat sebelum mereka memutuskan sesuatu sementara masing-masing mempersiapkan apa yang akan disampaikan. Menurut Imam Ahmad ibn Hanbal dalam musnadnya Abu Bakr dan Umar datang dalam keadaan berlari. Mereka masih dapat mendengarkan beberapa potong pernyataan Sa'd ibn 'Ubadah. Pernyataan-pernyataan mana cukup logis dan representatif mewakili aspirasi al-anshar. Ia menyebutkan bagaimana Rasulullah berdakwah di tengah kaumnya selama lebih dari sepuluh tahun (di Mekkah) tetapi yang beriman mengikutinya sedikit sekali. Mereka (kaumnya) tidak mampu membela Rasulullah dan tidak mampu pula melindunginya "hingga tatkala hendak memuliakan kalian beliau datang membawa kemuliaan dan ni'mat yang khusus untuk kalian. Yaitu bahwa Allah menganugerahkan kalian keimanan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya.. Kalian lebih tegas dalam membela beliau ketimbang mereka, kalian lebih banyak berkorban mendukung perjuangannya hingga bangsa Arab seluruhnya takluk kepada agama Allah baik rela maupun terpaksa, kalian adalah pasukannya yang membuat pemimpin-pemimpin yang angkuh datang bertekuk lutut, hingga Allah menganugerahkan stabilitas dan kesejahteraan di bumi dan berkat pedang kalian bangsa Arab tunduk.
anshar, jika benar bahwa kita merasa teristimewa dan lebih unggul dalam memerangi orangorang musyrik dan lebih awal memperjuangkan agama ini sesungguhnya semua itu kita lakukan demi mencari keridloan Allah dan semata untuk mentaati Nabi kita Muhammad observed serta demi memperoleh pahala untuk kita. Adalah tidak layak jika semua itu kita jadikan alat untuk bersikap sombong di hadapan orang-orang hanya untuk memperoleh kepentingan dunia yang sementara. Bukankah semua itu kita lakukan atas dasar bimbingan dan petunjuk Allah jua? Tapi Allah yang Maha Pemurah tetap memperhitungkan semua itu sebagai jasa baik kita dalam memperjuangkan agama, namun karena Muhammad noticed adalah dari orang Qureisy dan kaumnya tentu lebih layak (menggantinya) maka demi Allah aku tak ingin Allah menyaksikan aku menentang mereka dalam perihal ini. Bertaqwalah kepada Allah dan jangan menentang mereka". Ini adalah pernyataan orang mu'min yang melihat kepentingan Islam bukan kepentingan diri pribadinya. Ungkapannya menyusul pernyataan Abu 'Ubaidah telah melapangkan jalan bagi pidato Abu Bakr yang menentukan di mana ia membuktikan dirinya sebagai orang yang berhak menyandang julukan 'al-shiddiq' dan lebih berhak memimpin umat sepeninggal wafatnya Nabi. Dalam pidatonya ia mengakui hak setiap orang. Dimulai dengan puji syukur ke hadirat Allah, kemudian berbicara tentang al-muhajirin dan keutamaan yang mereka miliki. Ia menyinggung bagaimana Allah menjadikan mereka sebagai orang-orang khusus pendukung Nabi dan pelipur laranya ketika sedang menghadapi penentangan kaumnya yang menyedihkan dan menyakitkan. Di saat orang-orang memeranginya dan masing-masing dari mereka menganggapnya sebagai kutukan zaman. Mereka (al-muhajirin) tidak pernah merasa tegar hanya karena alasan jumlah mereka sedikit tidak pula merasa berkecil hati jika mereka dimaki-maki oleh bangsanya sendiri. Mereka adalah orang pertama yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya dan orang pertama pula yang menyembah Allah di muka bumi.
Di sini seperti biasanya Abu Jahal tetap mengolok-olok dakwah Islam. Oleh karena itu, sementara Rasulullah melakukan persiapan pasukan, beliau mengutus dua orang sahabat yaitu Thalhah ibn Ubeidillah dan mentioned ibn Zaid ibn Noufeil untuk melakukan pemantauan dan mencari informasi mengenai kafilah ketika sedang melewati wilayah kekuasaan salah seorang pemimpin Juheina yaitu Kasyd di dekat Houran. Pada saat kafilah sedang lewat Abu Sufyan sempat bertanya kepada Kasyd apakah ia ada melihat mata-mata Muhammad? yang dijawabnya tidak, sedangkan kedua utusan Rasulullah sedang bersembunyi di dalam rumahnya. Dan segera setelah kafilah berlalu kedua utusun itu beranjak kembali menghadap Rasulullah melaporkan hasil pemantauannya kemudian disusul oleh Kasyd. Rasulullah memuji sikap Kasyd dan menawarkan kepadanya daerah Yanbu' tetapi ia menolak tawaran itu untuk dirinya lalu menyerahkan kepada sepupunya. Ada sementara pendapat yang mengatakan bahwa penawaran Rasulullah sebagai hadiah kavling wilayah kekuasaan kepada Kasyd, padahal sesungguhnya Yanbu' masih terbilang wilayah kekuasaan Juheina dimana Kasyd salah satu pemimpinnya. Yang benar adalah Rasulullah menginginkan Kasyd agar berpindah tempat dari Houran ke Yanbu'. Uraian mengenai details-knowledge ini semakin menambah yakin kita akan kejelian pandangan Rasulullah dan strategi perencanaannya yang panjang dan berwawasan jauh ke depan. Beliau menerima wahyu, memperoleh petunjuk dan bimbingan langsung dari Allah namun bertindak secara manusiawi agar tindakannya menjadi pedoman dan tauladan yang dicontoh. Berdasarkan facts dan informasi yang diterimanya dan setelah yakin akan keamanan kaum muslim jika melakukan operasi mencegat kafilah, beliau mengajak para sahabatnya untuk segera 86
dalam ungkapannya: "Wahai penduduk Mekkah apakah kita makan dan berpakaian sedangkan keluarga bani Hasyim sedang menuju kepada kepunahan, tidak menjual dan tidak membeli?" Peristiwa boikot selesai, dan tak pelak lagi Muhammad tentu lebih menderita dari yang lainnya karena beliaulah yang merupakan sasarannya. Tapi beliau tidak pernah mengeluh dan tidak terlihat sedikitpun lelah sementara Abu Thalib tidak mengalami penderitaan sedikitpun dari perlakuan ini karena menurut riwayat Ibn Hisyam ia sedang berada di luar pemukiman bani Hasyim kala itu. Dalam hubungan ini kami ingin menjelaskan bahwa anggapan sementara orang mengatakan bahwa kaum Qureisy telah menggiring keluarga bani Hasyim dan bani Abd AlMutthalib ke suatu wilayah tandus di celah-celah pegunungan, seakan mereka dipenjara dalam suatu pos penahanan, adalah tidak benar karena Qureisy melakukan pemboikotan dengan cara mengepung bani Hasyim dalam pemukiman mereka dan melarang masuknya bahan makanan. Adalah tidak layak bagi bani Hasyim jika dikatakan bahwa orang-orang Qureisy menggiring mereka ke suatu tempat penahanan di celah gunung. Kaum Qureisy belum sehina itu dan keluarga bani Hasyim dan bani Abd Al-Mutthalib jauh lebih tinggi kedudukannya untuk diperlakukan semacam itu. Yang terjadi hanyalah boikot dan larangan bergaul dengan mereka dan mencegah agar bahan konsumsi tidak sampai ke pemukiman mereka. *** Sepeninggal wafatnya Khadijah dan Abu Thalib, Rasulullah menghadapi masa-masa berat dan genting. Beliau mendapatkan dirinya sebatang kara bersama putri-putrinya Ruqayyah, Umm Kaltsum dan Fatimah yang semuanya masih kecil. Tidak ada yang mengasuhnya sedangkan beliau sudah berusia 51 tahun, pada usia mana seseorang memerlukan perhatian dan pelayanan.
ﺳﻢﷲاﻟرﺣﻤﻦاﻟرﺣﻴﻢ .. Dengan nama Allah Segala puji bagiNya Selawat dan Salam kepada Rasulullah observed Lambang kasih sayang Sejak sepuluh tahun terakhir perhatian penulis terfokus pada pengkajian dan penelitian Sirah. Beberapa hasil studi telah dipublikasikan kedalam bahasa Inggeris untuk memenuhi kebutuhan saudara-saudara kita di Sinegal dan di wilayah-wilayah bagian selatan benua Afrika, yang menderita kemiskinan informasi tentang Islam. Untuk memahami kandungan al-Qur'an dan Sejarah Islam mereka hanya dapat menggunakan karya-karya penulis non muslim yang kebanyakan cenderung merugikan Islam. Dalam konteks sejarah sebagai disiplin ilmu, Sirah merupakan lapangan studi yang masih relatif baru namun ternyata cukup menarik, bahkan membawa kepuasan tersendiri. Melalui referensi yang memuat demikian banyak data, catatan peristiwa dan aspek-aspek sejarah, suatu cakrawala baru terbuka sangat luas demi mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang Islam, terutama melalui kehidupan yang dipraktekkan dan dicontohkan Nabi Muhammad observed.
Judul buku ini sendiri terispirasi dari salah satu kutipan QS. Al-Mutaffifin: twenty five yang merupakan nama salah satu jenis minuman di surga.
Undang-undang mengakui kepemimpinan yang ada pada setiap kelompok masyarakat. Dasar pergaulan adalah kesetiaan. Allah akan menganugerahkan daya tahan bagi piagam ini selama ada kesetiaan. Apabila Madinah mendapat serangan, maka wajib bagi setiap anggota masyarakat berpartisipasi mempertahankannya, tetapi jika umat berperang di luar negeri maka tanggung jawab tersebut dibebankan kepada mereka yang mengajukan diri secara sukarela”.
betul mantap dengan keimanan yang mendalam serta tekad bulat untuk siap mengikuti panggilan jihad. Wilayah kekuasaan umat Islam bertambah luas, kesatuan lebih teratur dengan sikap yang lebih tegas lagi. Sebelum perang Badr tercatat hanya dua atau tiga mesjid karena umumnya para pemimpin suku membangun mushallah masing-masing; ada mushallah Sa'd ibn Mu'adz, mushallah Sa'd ibn 'Ubadah dan sebagainya. Setelah perang Badr terlihat banyak mesjid yang dibangun; maka ada mesjid Al-Fath, mesjid AlSayiq dan mesjid Al-Salai; semua itu dibangun dalam bentuk yang lebih permanen dan lebih luas dapat menampung lebih banyak jumlah jama'ah yang datang menunaikan shalat-shalat fardlu. Namun mesjid Rasulullah tetap sebagai mesjid raya yang berfungsi juga sebagi pusat kegiatan penduduk Madinah yang sepanjang hari menyaksikan kesibukan dan dinamika. Sementara itu telah dibangun pula beberapa kamar untuk Rasulullah di bagian tenggara mesjid dan beliau tinggal di sana. Di tepi kamar-kamar itulah Rasulullah selalu berkumpul bersama para sahabatnya berbagi pendapat dan dengan terbuka bagi siapa saja yang hendak bertemu dengan beliau, mendengarkan hadis-hadisnya dan menanyakan berbagai hal. Keikutsertaan kaum muhajirin dan al-anshar ditambah bergabungnya orang-orang dari suku Juheina, Bellawi dan Ghiffari dengan rasa kebersamaan dalam perang Badr telah mendorong semakin mantapnya kesetiakawanan dan solidaritas umat. Adalah sulit dipercaya (tapi nyata) bahwa jurang pemisah antar suku dan golongan sudah terhapus sama sekali. Rasulullah dalam hal ini adalah suri tauladan mereka sebab meskipun sepupunya, Ali ibn Abi Thalib telah memperlihatkan kepahlawanan dalam medan tempur, namun Rasulullah tidak memperlakukannya secara istimewa sebagai upaya untuk menghilangkan kesan kesukuan keluarga Hasyim.